SITARO, Manadonet.com — Zaman dulu, Desa Lehi, Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) merupakan daerah hutan belantara.
Berada di kaki Gunung Karangetang yang terletak di daerah pesisir pantai. Banyak pohon kenari atau bahasa daerah disebut Lehi tumbuh di wilayah tersebut.
Kapitalau (Kepala Desa) Lehi Novito Yustivianus Tatengkeng menuturkan, dasar pemberian nama Desa Lehi adalah adanya tiga pohon kenari besar yang tumbuh di dekat objek wisata Air Panas Lehi dahulu kala. Ketiga pohon kenari ini sangat rindang, sehingga menjadi tempat persinggahan warga untuk beristirahat sejenak. Baik warga dari utara Pulau Siau menuju ke Ondong atau sebaliknya. “Bahkan, warga yang berlayar dari Sangihe akan singgah beristirahat bernaung di bawah ketiga pohon kenari yang lokasinya dekat pantai tersebut,” kata Novito, Selasa (14/12/2021).
Lanjut kapitalau, warga yang pernah singgah selalu menceritakan beristirahat sejenak di Lehi (Kenari). “Dari sinilah warga mulai menamai Lehi,” terang Novito.
Bukan hanya itu, sesuai nama desa tersebut terdapat banyak pohon kenari yang ditanam oleh masyarakat kala itu sampai sekarang. “Isi buah kenari dimakan oleh warga karena kaya akan nutrisi. Saat ini, digunakan juga sebagai bahan untuk pembuatan berbagai jenis kue. Tak heran, warga menjual isi buah kenari bahkan sampai ke luar daerah,” ucap Novito.
Dia menambahkan, Desa Lehi sebelumnya merupakan wilayah dari pemerintahan Desa Kalumpang yang pusat pemerintahan kala itu di Ondong. “Tahun 1914 dimekarkan dengan nama Desa Lehi. Adapun kepala kampung yakni A Patonting,” pungkasnya.
Perlu diketahui, letak Desa Lehi diapit oleh Desa Pehe dan Mini atau berjarak sekira 2 kilometer dari Kota Ondong Ibu Kota Sitaro. Jumlah penduduk tahun ini tercatat 166 kepala keluarga atau 520 jiwa. Adapun mata pencaharian warga dinominasi oleh nelayan dan petani. (jackmar tamahari)