DBD Ancaman Nyata di Sekitar Kita, Pencegahan Adalah Strategi Efektif Berdasarkan Studi Ilmiah Dosen Polkesdo

oleh -188 Dilihat
Ilustrasi bahaya DBD. (ist)

MANADONET.COM – Tiap musim penghujan tiba, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap ancaman penyakit yang mengintai.

Salah satunya, Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tidak pernah absen setiap tahun mengancam keselamatan masyarakat Indonesia.

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini telah menjelma menjadi gejala DBD yang sering terabaikan.

Padahal, menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ribuan kasus DBD tercatat setiap tahunnya di berbagai wilayah.

Bahkan, pada musim hujan, beberapa daerah mengalami status Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat lonjakan kasus yang mengkhawatirkan.

Hendrik Damping, Lilis Puspadariani dan Djoni Ransun, Dosen Polkesdo yang melakukan kajian ilmiah bahaya DBD dan penanganannya.

Meskipun bukan penyakit baru, nyatanya DBD masih menjadi pembunuh senyap yang sering kali diabaikan hingga sudah memasuki fase kritis.

Dari kajian ilmiah Dosen Poltekkes Kemenkes Manado (Polkesdo) Jurusan Keperawatan, yakni Hendrik Damping, S.Pd,M.Pd, Djoni Ransun, S.Pd,M.Kes dan Lilis Puspadariani, S.Kep,Ners,M.Kep, berikut ini menguraikan mengenai gejala, penanganan dan pencegahan DBD.

Apa Penyebab DBD? 

Nyamuk Aedes Aegypti, faktor utama penyebar virus dengue, berkembang biak di lingkungan yang lembap dan banyak genangan air bersih. Tempat-tempat seperti bak mandi yang tidak rutin dikuras, kaleng bekas, talang air, ban bekas, vas bunga, hingga penampung air hujan di halaman rumah, menjadi sarang ideal bagi nyamuk ini untuk bertelur. Ironisnya, lingkungan tempat tinggal kita sendirilah yang sering menjadi sumber utama penyebaran penyakit ini.

Mengenal Tanda dan Gejala DBD?

Dalam 4–7 hari setelah tergigit nyamuk yang membawa virus dengue, penderita biasanya akan mengalami:

1. Demam tinggi mendadak (bisa mencapai 40°C atau lebih),

2. Nyeri hebat pada otot dan sendi (sering disebut “breakbone fever”),

3. Sakit kepala, terutama di belakang mata,

4. Mual dan muntah,

5. Timbulnya ruam atau bintik-bintik merah di kulit akibat pendarahan kapiler,

6. Penurunan nafsu makan dan kelelahan ekstrem.

Jika tidak ditangani dengan cepat, DBD bisa memasuki fase kritis yang sangat berbahaya. Fase ini ditandai dengan kebocoran plasma darah, penurunan drastis jumlah trombosit (sel pembeku darah), dan risiko syok dengue (Dengue Shock Syndrome) yang dapat menyebabkan kematian dalam hitungan jam.

Belum Ada Obat, Pencegahan Jadi Kunci

Hingga kini, belum ditemukan obat khusus yang mampu membunuh virus dengue secara langsung. Pengobatan demam berdarah hanya bersifat simptomatik dan suportif, yakni dengan menjaga kondisi tubuh agar tetap stabil dan tidak masuk ke fase berbahaya.

Beberapa langkah penanganan awal yang bisa dilakukan ketika gejala DBD muncul antara lain:

1. Memberikan banyak cairan (air putih, oralit, jus buah) untuk mencegah dehidrasi dan menjaga volume plasma darah,

2. Memberikan istirahat total (bed rest),

3. Mengonsumsi makanan bergizi dan mudah dicerna,

4. Memantau suhu tubuh dan jumlah trombosit secara berkala (dengan pemeriksaan laboratorium),

5. Menghindari obat penghilang nyeri yang dapat memicu perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen,

6. Membawa pasien ke rumah sakit segera jika muncul tanda syok : tangan/kaki dingin, kulit pucat, gelisah, muntah berulang, atau tidak mau makan/minum.

Pencegahan Dengan 3M Plus 

Kementerian Kesehatan terus menggencarkan kampanye 3M Plus sebagai upaya utama pencegahan DBD. Kampanye ini meliputi:

1. Menguras tempat penampungan air secara rutin (minimal seminggu sekali),

2. Menutup rapat tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur,

3. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk.

“Plus” dalam 3M Plus mencakup tindakan tambahan seperti:

1. Menabur bubuk abate di tempat penampungan air,

2. Menggunakan kelambu saat tidur,

3. Memasang kawat nyamuk di jendela/ventilasi,

4. Menggunakan lotion atau semprotan anti-nyamuk,

5. Melakukan fogging di daerah dengan kasus tinggi,

6. Serta menggalakkan kerja bakti dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan RT/RW.

Mengubah Mindset, Menyelamatkan Generasi

DBD bukan hanya ancaman bagi kesehatan individu, tetapi juga berdampak pada produktivitas, ekonomi keluarga, dan beban layanan kesehatan nasional. Biaya perawatan di rumah sakit, kehilangan waktu belajar atau bekerja, hingga trauma yang ditinggalkan oleh kematian akibat DBD, adalah kerugian yang bisa dihindari jika kita bertindak lebih awal.

Kesimpulan

Demam berdarah bukan sekadar penyakit musiman, tetapi ancaman kesehatan serius yang bisa terjadi di lingkungan sekitar kita setiap saat. Jangan tunggu hingga ada korban jiwa untuk mulai peduli. Mulailah dari rumah Anda sendiri. Periksa tempat-tempat yang mungkin menjadi sarang nyamuk. Ajari anak-anak tentang pentingnya kebersihan dan perlindungan diri.

Musuh kita bukan hanya virus dengue, tetapi kelalaian, ketidakpedulian, dan kurangnya informasi.

Satu gigitan nyamuk bisa menjadi awal dari tragedi, tetapi satu tindakan pencegahan bisa menyelamatkan banyak nyawa. Saatnya kita bersatu, bergerak bersama, dan memastikan bahwa demam berdarah tidak lagi menjadi ancaman nyata—melainkan sejarah. (kit/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.